Masalah utama yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran sarjana ini adalah kurangnya relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri. Sebanyak 80 persen lulusan perguruan tinggi bekerja di sektor yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan besar antara apa yang diajarkan di kampus dan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Dikutip dari kompas.com, laman Satu Data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), BPS mendata, pada Agustus 2023 menunjukkan bahwa terdapat 452.713 orang lulusan S1, S2, dan S3 yang tergolong NEET (Not in Education, Employment, or Training), sementara untuk lulusan diploma tercatat ada 108.464 orang. Angka ini mengungkap fakta menyedihkan bahwa meskipun memiliki gelar akademis, banyak lulusan yang belum terserap ke dunia kerja.
Abdul Haris selaku Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi Kemendikbudristek juga sempat menjelaskan terkait 3 isu dalam perguruan tinggi, dikutip melalui Detik.com, “Tiga hal itu adalah ketimpangan akses pendidikan tinggi (inequality of access), ketimpangan dalam hal kualitas (inequality of quality), serta kurangnya relevansi pendidikan tinggi (less relevance of higher education),” terangnya dalam sarasehan yang diselenggarakan Lembaga Pendidikan Tinggi NU (LPTNU ). Sabtu (4/5/2024) Jombang, Jawa Timur.
Beliau juga menambahkan, bahwa kualitas pendidikan tinggi di Indonesia kerap berkaitan erat dengan akreditasi. Sedangkan melihat fakta lapangan, terdapat 1.501 Universitas dari 4.356 institusi pendidikan tinggi di Indonesia yang belum terakreditasi.
Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, Bapak Abdul Haris menekankan pentingnya digitalisasi sebagai langkah strategis untuk mentransformasi pendidikan tinggi. Dikutip melalui Detik.com, Pada sebuah acara Education USA di Nusa Dua, Bali, Rabu (16/10/2024) (Kemendikbud Ristek) harus mentransformasi pendidikan tinggi ke arah digitalisasi. Kemendikbudristek menjadikan digitalisasi sebagai solusi menggenjot kualitas pendidikan seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Secara tidak langsung bahwa digitalisasi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh perguruan tinggi. Transformasi digital ini mencakup pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran, manajemen data, dan penyampaian materi, sehingga pendidikan tinggi bisa lebih fleksibel, terukur, dan relevan dengan kebutuhan di dunia kerja.
Digitalisasi pendidikan melalui sistem informasi akademik menjadi langkah yang krusial untuk menjawab tantangan ketimpangan kualitas dan relevansi pendidikan tinggi di Indonesia. Seperti SIAKAD 4.0 dari Mataer Digital, salah satu penyedia jasa layanan Sistem Informasi Akademik yang terkemuka. Dengan memanfaatkan teknologi ini, perguruan tinggi dapat lebih komprehensif untuk mengelola proses akademik secara efisien dan terintegrasi. Platform ini dapat mengakomodir mulai dari kegiatan penerimaan mahasiswa baru (PMB), sistem akademik, administrasi keuangan, hingga pelaporan data ke PDDikti.
Dengan kehadiran SIAKAD 4.0 Mataer Digital di perguruan tinggi juga dapat meningkatkan poin akreditasi yang ditetapkan oleh BAN-PT. Sehingga dalam penerapannya, institusi dapat memperkuat perannya dalam mencetak lulusan yang siap bersaing di dunia kerja, sekaligus mengurangi angka pengangguran di kalangan sarjana.
Segera terapkan SIAKAD 4.0 Mataer Digital di kampus Anda dan ciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik, modern, dan relevan.Hubungi kami 085731238294 sekarang untuk konsultasi dan demo gratis! Wujudkan transformasi digital perguruan tinggi Anda demi masa depan pendidikan Indonesia yang lebih berkualitas.