Di tengah tuntutan dunia kerja yang semakin kompetitif, banyak perusahaan yang mengeluh akibat kualitas lulusan perguruan tinggi tidak memenuhi standar yang diharapkan. Padahal, pendidikan tinggi seharusnya menjadi jembatan antara teori dan praktik, mempersiapkan mahasiswa untuk memasuki dunia kerja dengan keterampilan yang sudah diajarkan.
Fenomena ini turut didukung data survei yang diambil dari Badan Pusat Statistik bulan Februari 2024, bahwa tingkat pengangguran dari lulusan Universitas berjumlah 871.860 dan untuk lulusan Akademi/Diploma berjumlah 173.846.
Ketua Persatuan Guru Besar Indonesia (Pergubi) DPD Jatim, Prof. Dr. Murpin Josua Sembiring, SE., M.Si, juga memvalidasi bahwa bidang keilmuan lulusan perguruan tinggi saat ini banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri.
Situasi ini akhirnya memunculkan pertanyaan mendasar: Apa yang salah dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia dan mengapa banyak pengajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja?
Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap permasalahan ini salah satunya karena kurikulum yang belum diperbarui. Perguruan tinggi masih menggunakan kurikulum yang tidak sinkron dengan perkembangan industri dan materi yang diajarkan cenderung lebih teoritis dan kurang memberikan pengetahuan praktis yang diperlukan di dunia kerja.
Selain itu, kurangnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri, minimnya pengalaman praktik bagi mahasiswa selama masa studi, hingga kurang terasahnya softskill yang dimiliki juga menjadi faktor sulitnya para lulusan untuk beradaptasi dan berinteraksi di tempat kerja.
Oleh karena itu, perguruan tinggi perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program studi mereka. Pengumpulan data seperti tracer study perlu dilakukan dan ditinjau secara rutin agar perguruan tinggi dapat mengetahui kualitas lulusan dan bagaimana mereka diterima di dunia kerja, termasuk melakukan riset kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dengan data ini, perguruan tinggi bisa mengidentifikasi kekurangan dalam kurikulum dan memperbaiki metode pengajaran.
Pengumpulan data tracer study akan dipermudah jika perguruan tinggi memiliki sistem informasi akademik yang terintegrasi dan responsif terhadap kebutuhan pengguna. Seperti SIAKAD 4.0 Mataer Digital yang telah memiliki fitur tracer study untuk membantu perguruan tinggi melakukan tracking kepada para alumninya secara lebih mudah dan terukur. Fiturnya yang komprehensif juga dapat menyesuaikan kepada siapa saja dan angkatan berapa pengisian tracer study tersebut ingin diberikan, sehingga proses pengumpulan data bisa lebih efisien dan tepat sasaran.
Meski sudah dibantu oleh sistem, perguruan tinggi juga perlu melakukan effort lain untuk membantu para lulusan terserap lebih banyak ke dunia kerja. Menjalin kemitraan dengan berbagai sektor industri menjadi langkah strategis yang dapat memperkuat daya saing lulusan. Kemitraan ini tidak hanya dalam bentuk magang atau kerja sama riset, tetapi juga kolaborasi dalam merancang kurikulum berbasis kebutuhan industri.
Membangun career center untuk para alumni juga menjadi langkah strategis yang dapat dilakukan. Selain nanti bisa menggelar workshop, pelatihan soft skill, pengadaan job fair, atau membantu penyusunan CV juga dapat menjadi jembatan yang efektif antara lulusan dan perusahaan.
Sudah saatnya perguruan tinggi melakukan perubahan signifikan dalam meningkatkan kesiapan lulusannya di dunia kerja. Mari wujudkan lulusan yang lebih kompeten dan inovatif bersama SIAKAD 4.0 Mataer Digital! Informasi lebih lanjut dapat menghubungi 087808481369!