Baru-baru ini, dilansir dari laman resmi Dikti.go.id dan Kompas.com, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris M.Sc, mengungkapkan bahwa perguruan tinggi saat ini tengah dihadapkan dengan 3 tantangan besar. Hal ini diungkapkan beliau pada saat agenda “Pelatihan Kepemimpinan Fakultas Menuju Universitas Berkelas Dunia” yang diadakan tanggal 1-3 Agustus 2024 di Jakarta.
Adapun tantangan perguruan tinggi yang dimaksud Prof. Haris ialah, pemimpin perguruan tinggi harus mampu mengatasi ketimpangan akses, ketimpangan kualitas, dan relevansi pendidikan.
- Ketimpangan Akses:
Perguruan tinggi perlu berupaya untuk memastikan bahwa pendidikan tinggi dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil, termasuk bagi para mahasiswa yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah. Sebab, data dari Dirjen Dikti menunjukkan bahwa angka partisipasi lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi masih berada di kisaran 30-40 persen. Hal ini berarti, jika ada lulusan SMA sebanyak 100 siswa, kemungkinan yang bisa meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi hanya sekitar 30-40 orang saja.
- Ketimpangan Kualitas
Menanggapi perbedaan kualitas pendidikan antar perguruan tinggi, Prof. Haris juga berkata bahwa ketimpangan kualitas juga menjadi hal yang harus diperbaiki. Implementasi kebijakan seperti Permendikbud Ristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi atau kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) tidak bisa diterapkan secara merata di semua perguruan tinggi karena perbedaan karakteristik masing-masing kampus.
Untuk itu, standar kualitas dapat ditekankan sesuai dengan kondisi setiap universitas, baik dari segi infrastruktur, sumber daya manusia, maupun jaringan.
- Relevansi Pendidikan
Relevansi pendidikan tinggi terhadap kebutuhan masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri. Penting bagi pendidikan tinggi untuk menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat. Relevansi ini juga termasuk relevansi lulusan terhadap pasar kerja dan relevansi produk riset serta inovasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.
Selain 3 hal di atas, Prof. Haris juga menekankan pentingnya perguruan tinggi sebagai sumber pengetahuan baru, bukan hanya sebagai tempat transfer pengetahuan. Hal ini yang diharapkan Kemendikbud Ristek agar para calon rektor dan pemimpin perguruan tinggi dapat berfungsi sebagai pemimpin akademik dan wirausahawan, dengan memiliki visi pengembangan pendidikan yang jelas dan kemampuan untuk mencapai tujuan tersebut.
Melihat hal tersebut, SIAKAD 4.0 Mataer Digital yang menjadi penyedia layanan sistem informasi akademik bagi perguruan tinggi berkomitmen untuk dapat menjadi solusi dari tantangan-tantangan yang terjadi di dunia pendidikan tinggi. Kami berupaya untuk terus mengembangkan sistem kami dari sisi infrastruktur agar dapat membantu perguruan tinggi memenuhi standar mutu dan membantu dalam perencanaan kurikulum yang relevan serta efisien dalam pengelolaan data akademik.
Melalui tersedianya fitur cicil di SIAKAD 4.0 Mataer Digital yang dapat dimanfaatkan mahasiswa untuk membayar komponen biaya kuliah sesuai dengan kemampuan finansial mereka, tersedianya sistem informasi akademik yang sudah saling terintegrasi antar bidang dan mengikuti regulasi terbaru dari pemerintah, hingga menu tracer study untuk mengevaluasi hasil pendidikan dan memantau apakah lulusan terserap dengan baik di dunia kerja sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki, perguruan tinggi akan perguruan tinggi akan lebih mudah menghadapi tantangan-tantangan tersebut secara efektif.
Dengan berbagai fitur dan inovasi yang ditawarkan, SIAKAD 4.0 Mataer akan membantu perguruan tinggi dalam menghadapi perubahan dan tantangan di era digital, serta dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia.
Mari ciptakan lingkungan pendidikan tinggi yang lebih berkualitas bersama SIAKAD 4.0 Mataer Digital! Cari tahu informasi lebih lanjut layanan perguruan tinggi lainnya dari Mataer Digital dengan hubungi 087808481369 atau klik disini!